Black Fantasy Chapter 2

black-fantasy-large

BLACK FANTASY

“Painful and Painkiller”

DEEREYELINER PRESENTED TO YOU

  •  BYUN BAEK HYUN [EXO]
  • KIM HYERA [Original Character]

—oOo—

Other Cast :EXO and SM Family

Rated : PG-17

Genre : Romance, School life, Fantasy, Angst

Disclaimer : The characters are belong to God and themselves, I just only have the storyline. So, don’t copy-paste or remake it.

Note : Please leave a comment after reading this.

Credit Poster : © CLOVERQUA ART

Summary : “I don’t know why but he is scaring me.”

Previous Part : [REMAKE] Prolog| Part I |

Recommend Instrumental : Libertango

 

Well, welcome to the nightmare, readers~

Sakit.

Satu kata itulah yang menggambarkan rasa yang Hyera terima saat ini. Kristal-kristal tajam itu berhasil menghantam dirinya dan menyayat kulit putihnya. Hal buruk yang terjadi berikutnya adalah darah segar mulai keluar dan Hyera terkujur lemah. Gadis itu tidak kuat lagi untuk bangkit bahkan hanya untuk membuka mata. Hyera kehilangan banyak darah.

Hyera tidak mengerti. Ini baru hari pertamanya bersekolah tapi kejadian seperti ini sudah menimpanya.

“BAEKHYUN! BERHENTI!” Luhan langsung menghampiri Hyera dan berjongkok di hadapan gadis itu untuk melihat keadaannya. Gadis itu kritis. Luhan bisa merasakannya dari degup jantungnya yang semakin melemah setiap detiknya.

“Ini membuatku frustasi!” Baekhyun berteriak rendah. Lelaki itu menatap Luhan dan Hyera dengan sarat kebencian sekaligus kebingungan. Baekhyun tidak mengerti apapun disini dan dia benci dirinya merasa seperti itu,”Siapa dia! Siapa Kim Hyera!”

Tanpa berpikir dua kali, Baekhyun memusatkan pikirannya pada kristal-kristal tajam yang masih tersisa dan dia siap mengarahkan kristal itu pada Hyera—atau pada Luhan juga karena Luhan sekarang sedang menaruh kepala Hyera di pangkuannya dan mencoba untuk menghilangkan darah yang merembes keluar dari kepala gadis itu. Sayangnya Luhan tidak bisa, menyembuhkan bukanlah kemampuan ekstranya. Dia butuh Zhang Yi Xing.

“Luhan, aku memperingatkanmu untuk mundur dan menjauhi gadis itu.” Baekhyun berdiri di latar belakangi dengan kristal-kristal tajam yang melayang di udara—yang siap diluncurkan pada gadis itu untuk membunuhnya. Matanya berwarna keunguan cerah.

Luhan menyahut tajam.”Aku bukan budakmu, Baekhyun. Dan aku akan menyelamatkan gadis ini.”

Apa Luhan sedang mengkhianati Baekhyun sekarang?

Baekhyun tersenyum dingin kemudian tanpa peringatan apapun, lelaki itu meluncurkan ribuan kristal tajam itu pada mereka berdua. Luhan mencoba untuk melindungi gadis itu dengan menjadikan dirinya sendiri sebagai tameng. Gadis itu sudah tidak sadarkan diri dan Luhan tahu ada sesuatu yang samar tentang gadis ini dan dia tidak akan membiarkan siapapun untuk menghalanginya mendapatkan jawabannya.

Kenapa aku tidak bisa membaca pikirannya?

Kenapa aromanya tersembunyi?

“Maaf Luhan, aku tidak ada pilihan selain membunuhmu juga.”

Untuk sedetik Luhan mengira hidupnya akan mati dan jika memang ini akhir kehidupannya Luhan akan menerimanya dengan senang hati, namun ternyata dugaannya salah. Dari arah kanan, pintu kelas di dobrak dengan amat kencang sampai pintu itu terlepas dari engselnya. Kristal tajam itu tepat 2 cm di depan Luhan dan Hyera karena Baekhyun mengalihkan perhatiannya pada dua orang yang sedang menatapnya bengis dari arah pintu. Luhan bernapas lega dan kembali mencoba menepuk pipi gadis itu agar tersadar.

Park Chanyeol dan Oh Sehun mendobrak pintu itu. Tanpa berbasa-basi lagi, Chanyeol langsung mencekik leher Baekhyun dan mendorongnya hingga bersandar pada dinding di belakangnya. Dinding itu retak seperti ada sebuah batu besar yang dilemparkan kesana. Chanyeol masih mencekik Baekhyun sekuat tenaga dan dinding di belakangnya semakin retak bahkan nyaris hancur.

“Apa yang kau lakukan, brengsek?” Lelaki tinggi itu menatap Baekhyun dengan tatapan membunuh.

“Itu bukan urusanmu, Park Chanyeol.”

Chanyeol yang kesal karena jawaban Baekhyun semakin mencekik lelaki itu dengan seluruh tenaganya dan akhirnya dinding di belakang mereka itu hancur meninggalkan lubang besar.

“Jawab pertanyaanku kenapa kau ingin membunuh gadis itu!”

“Lepaskan aku.”

“Byun Baekhyun!”

Sebuah tamparan keras melayang ke pipi kanan Baekhyun dengan amat cepat. Tamparan yang mengenai pipinya itu berhasil membuat bibir Baekhyun mengeluarkan setetes darah. Rasanya tidak sakit hanya saja menjengkelkan.

“Apa kau selalu bertindak tanpa menggunakan otakmu?”

Park Chanyeol berkata tajam setelah puas menampar Baekhyun dengan sedikit mengeluarkan kemampuan ekstranya. Manusia mungkin sudah mati jika ditampar seperti itu oleh Chanyeol.

Baekhyun memegangi pipinya yang terasa panas.”Kau—“ Lelaki itu tersenyum dingin lalu menatap Chanyeol penuh perhitungan. Dia meraih lengan Chanyeol lalu menghempaskannya kasar,”—terlalu ikut campur. Aku berhak membunuh siapa saja dan it is none of your business.”

Mata Chanyeol berubah menjadi ungu cerah.

“Tugasku adalah untuk mengawasimu mengendalikan kemampuan ekstramu yang terkadang selalu kau salah gunakan,” ujar Chanyeol dengan nada tenang namun tajam,” Kau tidak akan mengerti sekarang, tapi suatu hari nanti kau akan tahu bahwa aku telah menyelamatkan hidupmu!”

Baekhyun membenci lelaki bernama Park Chanyeol itu lebih dari apapun. Menurutnya Chanyeol adalah orang pertama yang akan merusak segala rencananya. Baekhyun tahu Chanyeol merupakan orang kepercayaan ayahnya selain Luhan, namun dia tidak menyangka jika lelaki itu akan mencampuri urusan pribadinya juga.

“Kau masih seperti anak kecil,” Chanyeol menambahi,”—perbaiki tingkah lakumu yang kekanak-kanakan, Byun Baek Hyun.”

Mata Baekhyun berubah menjadi keunguan cerah dan dia betul-betul emosi kali ini karena perkataan Chanyeol. Dia benci sifat lelaki itu yang bertindak seolah tahu segalanya. Dan dengan segala rasa marah yang berkecamuk dalam jiwanya, Baekhyun mengangkat tangannya dan bersiap untuk membunuhnya.

Baru saja lelaki itu akan melancarkan aksinya, tangannya sudah di pegang kuat oleh Kim Min Seok, yang muncul tiba-tiba dari arah koridor. Minseok mencengkeram kuat lengan Baekhyun dan seketika itu juga ada es yang menjalari tangan Baekhyun sampai siku. Minseok membekukan tangannya atau lebih tepatnya aliran darahnya.

“Lepaskan aku, Xiu.” Baekhyun memperingatinya,”jangan pernah mencoba untuk membekukan aliran darahku lagi.” Tegasnya sambil menghempaskan lengannya kasar dan es itu menghilang.

“Apa yang dikatakan Chanyeol benar. Jangan bertindak sesuka hatimu.” Minseok menunjukkan wajah datarnya kemudian dia menghempaskan dirinya sendiri ke atas atap—seolah terbang. Minseok menghilang karena dia tidak ingin terlalu ikut campur masalah ini. Hanya saja dia sudah berjanji pada Byun Gi Woo untuk mengendalikan situasi.

Chanyeol menghampiri Hyera yang semakin kehilangan kesadarannya. Lelaki itu berjongkok untuk mendekati Hyera dan mengusap kepalanya pelan. Sehun, yang menatap datar mereka semua, tahu bahwa Chanyeol sedang memodifikasi ingatan Hyera tentang malam ini.

“Luhan, terima kasih karena telah menjaganya. Lebih baik bawa dia ke ruang kesehatan dan aku akan memanggil Yi Xing untuk menyembuhkan luka parahnya.” Usul Chanyeol dan keluar ruangan untuk mencari dimana Lay berada. Chanyeol mengabaikan Baekhyun.

Baekhyun tidak berkata apa-apa. Dia hanya diam dan memandang mereka semua dengan tatapan ambigu. Semuanya menjadi bayangan samar. Semua orang seperti melindungi gadis itu dan Baekhyun sama sekali tidak tahu apa-apa tentangnya. Ini membuatnya gila setengah mati.

Dilihatnya Luhan menyelipkan tangannya ke lekukan leher dan kaki Hyera kemudian menggendongnya. Lelaki itu menatap Baekhyun datar kemudian berjalan melewatinya menuju ruang kesehatan karena Hyera masih tidak sadarkan diri dan dari sekujur tubuhnya banyak mengeluarkan darah.

Untuk sedetik, Baekhyun merasakan ada secercah rasa bersalah dalam hatinya—hanya sedetik. Dan dia benci dirinya merasa seperti itu.

Oh Sehun menatap pintu yang rusak dan dinding yang hancur di ruangan ini dengan tatapan datar. Dia mendesis diam dalam pikirannya. Selalu saja kebanyakan dari teman-temannya tidak bisa mengendalikan diri. Kekuatan tubuh mereka 10 kali lipat kekuatan manusia biasa jadi seharusnya mereka berhati-hati dan mencoba untuk tidak merusak benda apa saja.

Sehun menghembuskan napas pelan lalu menghampiri pintu yang rusak itu kemudian membuatnya utuh seperti semula dengan menggerakan angin di sekitarnya. Tak butuh waktu lama untuk membuat pintu itu utuh kembali.

Baru saja dia akan membereskan dinding yang hancur itu, ketika dilihatnya dinding itu sudah kembali seperti semula. Tentu saja, Byun Baekhyun yang membereskannya. Kemampuan ekstra Baekhyun salah satunya adalah mengembalikan benda apa saja kembali seperti semula—tanpa perlu bersusah-susah mengeluarkan tenaganya.

Dan Sehun tahu bahwa Baekhyun sudah menghilang satu detik yang lalu.

***

Semuanya terasa merah dan sakit atau setidaknya begitu menurut Kim Hyera. Semua tubuhnya terasa kaku dan dia rasa ini adalah kejadian paling mengerikan sekaligus membingungkan yang pernah terjadi dalam hidupnya.

Dia tidak tahu ada dimana. Dia juga tidak mengerti kenapa sekarang dia berbaring di sebuah tempat. Matanya masih terpejam dan pernapasannya cukup sesak seperti ada orang yang mencekik lehernya dan Hyera tidak bisa menggerakan tangan maupun kakinya sedikitpun.

Apa dia sudah mati?

Apa hidupnya sudah berakhir?

Rasanya dingin. Terlalu dingin.

Dalam keadaan yang seperti ini, Hyera bisa merasakan ada sebuah siluet dingin yang menyentuh tangannya lembut. Entah mengapa sentuhan itu membuatnya merasa lebih baik dan Hyera ingin sekali membuka matanya untuk mengetahui siapakah atau apakah yang menyentuh tangannya seperti itu tapi matanya tetap terpejam. Tidak bisa terbuka.

Persendian gadis itu kaku dan darahnya tidak mengalir.

Ada sesuatu yang ganjil dalam pikirannya. Ya, terlalu ganjil.

Kilasan bayangan mengerikan muncul di benak Hyera seperti sebuah film yang diputar terlalu cepat. Di dalam bayangan itu ada seorang lelaki yang mengarahkan kristal-kristal tajam padanya dan siap untuk membunuhnya lengkap dengan mata berwarna keunguan cerah tapi Hyera tidak bisa melihat siapakah lelaki itu karena Hyera tidak bisa melihat wajahnya.

Ini jelas mimpi. Mimpi buruk.

Lelaki di hadapannya itu tersenyum lalu mendekati telinganya untuk berbisik,”Aku mencintaimu.”

Hyera baru saja akan memperhatikan detail wajah lelaki itu sebelum melihat kristal-kristal tajam itu akan menyerangnya lagi dan Hyera mendengar lelaki itu berbisik kembali,”tapi maaf aku harus membunuhmu.”

Ribuan kristal itu melayang semakin cepat dan siap menyerang tubuhnya.

Cepat dan semakin cepat sehingga membuat Hyera terkesiap. Mimpi buruk apa ini? Kenapa seperti ini? Begitu kristal itu sudah mendekati wajahnya barulah Kim Hyera tersadar dari mimpi yang membangunkan jiwa sadarnya.

Kim Hyera terbangun dengan napas tersengal dan memburu. Gadis berusia 17 tahun itu berusaha meraup oksigen sebanyak-banyaknya karena terlalu shock tentang mimpi buruknya. Ada yang aneh dengan mimpinya kali ini.

Seorang lelaki yang mengatakan bahwa dia mencintainya tapi harus membunuhnya. Dan lagi biarpun itu hanya mimpi, Hyera rasa kejadian itu pernah terjadi atau mungkin…akan terjadi. Rasa takut menyelimutinya sampai kepala. Hyera menyentuh lengan kanannya yang di dalam mimpinya disentuh oleh lelaki itu dan dia melirik ke kanan kiri untuk melihat apakah ada seseorang bersamanya atau tidak.

Hasilnya nihil. Hyera sendirian.

Jantungnya berdegup kencang karena was-was dan lebih dari apapun Hyera bingung mengapa dia bisa berbaring di ruang kesehatan sekolah sekarang? Ini sudah tengah malam dan ruang kesehatan itu sangat sepi—jelas, sekolah sudah bubar pukul 22.30 tadi.

Tapi apa yang terjadi padanya? Jam menunjukkan pukul 00.10 dan Hyera sama sekali tidak mengingat apa-apa kenapa dia bisa berada di ruang kesehatan ini. Apa yang terjadi sebelumnya? Beribu pertanyaan muncul di benak Hyera. Rasanya seperti ada yang salah dengan semua ini.

“Ah!”

Hyera meringis begitu mendapati sekujur tubuhnya—penuh luka? Mulai dari kedua tangan sampai kakinya dipenuhi bekas luka sayatan yang sudah mengering dan sekarang memerah. Bau darah yang kuat menguar dari tubuhnya.

Ini aneh dan Hyera menyipitkan mata berusaha mengingat kembali apa yang terjadi. Sayangnya ingatannya tidak mau berkompromi dan dia tidak menemukan ingatan apapun. Sial.

Dengan segala sisa kekuatan yang ia miliki, Hyera bangkit dari tempat tidur dan menggunakan sepatunya kembali. Hyera mencoba berjalan biarpun kakinya masih terasa perih karena luka-luka sayatan itu.

Hyera membuka pintu ruang kesehatan lalu keluar sebelum menutup pintu itu kembali dengan perlahan. Rasa dingin yang terlalu menusuk mulai menyerang dan Hyera bergidik ketika mendapati koridor sekolah sangat gelap. Hanya ada cahaya bulan yang menembus kanopi jendela besar dan setidaknya Hyera bernapas lega karena itu.

Hyera berjalan melewati koridor gelap itu dengan rasa takut dan panik. Aura yang sedang mencekamnya benar-benar tidak membuatnya nyaman dan karena itu dia ingin cepat-cepat keluar dari sekolah ini lalu menunggu Kang ahjussi untuk menjemputnya.

Begitu dia sampai di luar gedung, Hyera menghembuskan napas lega. Hyera mengeluarkan ponselnya dalam saku jas seragam sekolahnya dan dia langsung memekik kesakitan begitu jarinya tertusuk suatu benda tajam.

Hyera mengeluarkan ponselnya bersamaan dengan kristal tajam bening yang menusuk jari tengahnya. Apa ini? Kenapa ada benda seperti ini ada dalam sakunya?

Dia baru saja akan meneliti kristal tajam itu lebih jauh lagi ketika sebuah mobil SUV berhenti tepat di hadapannya. Dilihatnya Kang ahjussi menurunkan jendela mobil dan berkata,”Nona Kim, silahkan naik.”

Sebelum Hyera menaiki mobilnya pandangannya terpaku pada seorang lelaki yang berdiri di seberang jalan. Rambut silver peraknya terlihat jelas karena di latar belakangi cahaya bulan. Lelaki itu menyilangkan tangannya di depan dada dan bersandar pada mobil. Tatapannya tajam namun ekspresinya datar. Parahnya tatapan tajamnya mengarah ke arahnya. Ya, perlu di perjelas? Ke arahnya.

Hyera melihat lelaki itu mengibaskan rambutnya dan dia terkesiap. Lelaki itu lelaki yang sama yang ditemuinya di halaman sekolah tepatnya dibawah pohon. Mengingat itu semua membuat Hyera semakin bergidik dan cepat-cepat memasuki mobilnya.

I don’t know why but he is scaring me.”

Hyera langsung duduk di kursi penumpang dan menghembuskan napasnya lega. Hyera tidak mau memikirkan kejadian malam aneh ini. Yeah, tapi kristal tajam itu tersimpan dalam sakunya.

***

“Ibu, ini masih pagi. Aku sangat mengantuk.” Hyera mengerang malas lalu menarik selimutnya hingga menutupi kepalanya. Gadis itu terang-terangan menolak ajakan ibunya untuk pergi ke klinik kesehatan. Ini baru jam 6 pagi dan Hyera tidak mau pergi kemana-mana di akhir musim dingin ini.

Kim Sungmi menatap putrinya sambil berkacak pinggang,”Hyera! Lihat luka-luka di sekujur tubuhmu!”

Hyera memejamkan matanya rapat-rapat,”Biarkan saja nanti juga akan sembuh.”

“KIM HYERA!”

Hyera mendesah dan bangkit dari tidurnya. Gadis itu menatap Ibunya dengan mengerucutkan bibir dan pandangan menyipit. Seharusnya ketika ibunya masuk ke kamarnya tadi, dia menutup luka-lukanya sehingga ibunya tidak melihatnya dan memaksanya untuk ke klinik sekarang.

“Baiklah, Ibu.” Hyera berkata pasrah lalu turun dari tempat tidur. Seberapa kuat argumentasi yang akan Hyera lontarkan pada ibunya dia pasti saja kalah.

Namun begitu dia berdiri di dekat tempat tidur Hyera mengerutkan kening.

Sekarang memar-memar luka itu semakin jelas terlihat dan Hyera baru merasakan sakitnya pagi ini. Sakitnya sungguh luar biasa. Seperti ada orang yang menempelkan timah panas pada kaki dan tangannya. Dia meringis pelan dan mencoba berjalan normal untuk pergi ke kamar mandi.

Ibunya yang tidak menyadari kesakitan yang disembunyikan Hyera berkata,”Ibu akan menyuruh Kang ahjussi untuk mengantar kita ke klinik. Cepat kau mandi dan turun ke bawah.”

Hyera mengangguk lalu mendengar pintu kamarnya dibuka menandakan Ibunya baru saja keluar. Dan ketika dia sendirian di kamarnya, gadis itu langsung jatuh terduduk karena rasa sakit dan perihnya benar-benar tak tertahankan. Ini jelas aneh, luka sayatan tak pernah berefek seperti ini.

Pernahkah luka sayatan menjadi memar kebiruan seperti ini? Dan lagi sejak kapan luka sayatan bisa menimbulkan rasa sakit sebegini parahnya?

Tapi hal yang paling penting disini adalah, kenapa dia bisa mendapat luka sayatan yang banyak seperti ini di tubuhnya? Dia bahkan tidak ingat kejadian apapun tentang semalam. Satu hal yang dia ketahui bahwa ini pasti ada hubungannya dengan kristal tajam yang ditemukannya semalam dan dia harus mencari tahu misteri dibalik semua ini saat sekolah nanti.

Hyera mencoba bangkit kembali dengan berpegangan pada dinding untuk menopang keseimbangannya. Gadis itu, dengan langkah tertatih, akhirnya berhasil masuk ke dalam kamar mandi dan berdiri di hadapan wastafel untuk menggosok gigi.

Setelah menggosok giginya, Hyera menatap bayangannya sendiri di cermin yang sengaja diletakan di atas wastafel dan dia langsung merasakan jantungnya berpacu cepat ketika melihat bayangan lelaki terpantul disana. Matanya melebar dan dia mengenali lelaki itu.

Lelaki yang sama. Lelaki di halaman sekolah itu. Lelaki yang bersandar di mobilnya semalam. Lelaki berambut perak silver.

“K-kau?! S-sedang apa kau disini?!!!” teriaknya shock.

Hyera berbalik karena dilihat di cermin, lelaki itu berdiri di belakangnya dengan ekspresi datar, namun satu detik dia berbalik, lelaki itu sudah tidak ada dimana-mana. Baik dibelakangnya ataupun dalam cermin. Napasnya memburu dan dia merasa dirinya sudah gila karena hal tersebut. Apakah dia tadi berhalusinasi?

Hyera mengerang, merasa luar biasa frustasi karena kegilaan ini.

Siapa lelaki itu?

Hyera meletakkan sikat gigi itu ke tempatnya sebelum menguburkan wajahnya pada kedua tangan. Ada hal aneh disini.

Sesuatu yang mengerikan sedang terjadi padanya.

***

Kim Hyera memasuki gerbang sekolah Seoul Night High School dengan pandangan waspada. Sekarang jam sudah menunjukkan pukul 18.00 dan sekolah akan dimulai setengah jam lagi. Hyera berjalan di sepanjang koridor lantai 2 dengan mengamati satu-persatu murid yang melewatinya—mencari sosok lelaki itu. Lelaki yang tidak di kenalnya.

Tapi Hyera tidak menemukannya dimana-mana. Dan dia tetap melangkahkan kakinya untuk mencari dimana lelaki itu berada. Beruntungnya luka-luka di sekujur tubuhnya tidak terasa menyakitkan lagi setelah dia pergi ke klinik kesehatan tadi pagi.

Hyera memperhatikan semua murid disini lebih teliti lagi.

Semua murid disini tetap sama, ramai tapi tetap saja tidak ada suara terdengar. Sunyi dan mencekam, hanya itulah yang menggambarkan keadaan di sepanjang koridor.

Hyera tidak peduli dengan itu. Yang dia pedulikan adalah lelaki yang sudah dua hari ini menganggu pikirannya. Saat dia berbelok ke kiri, aura dingin semakin terasa menusuk tulang-tulangnya. Atmosfir disini lebih berbeda dari koridor sebelumnya. Hyera ragu untuk melanjutkan berjalan atau tidak karena sepanjang penglihatannya koridor itu sepi dan hanya diterangi sinar matahari tenggelam yang remang-remang.

Hyera sendirian dan dia tidak cukup berani untuk mengambil resiko. Rasa percaya diri dan keingintahuannya sedikit memudar karena rasa takut yang mulai menjalari tubuhnya. Hyera benci sifatnya yang seperti ini tapi bagaimanapun juga dia memanglah gadis penakut.

Baru saja dia akan berbalik meninggalkan koridor itu, dilihatnya 4 orang lelaki sedang berjalan ke arahnya dan salah satu dari mereka, yang berjalan paling depan bersama satu orang yang lain, merupakan orang yang Hyera cari. Lelaki berambut perak silver dengan ekspresi datar.

Hyera membeku menatap mereka berempat dan tanpa diduganya keempat lelaki itu juga sama terdiamnya. Langkah mereka terhenti dan Hyera bisa melihat lelaki berambut perak silver itu memicingkan matanya.

Jarak mereka terpisah 2 meter dan Hyera semakin lama semakin tidak menyukai hawa terlalu dingin yang mulai menyelimutinya.

“Ah, Kim Hyera.” Salah satu dari mereka menyebutkan namanya dan Hyera tidak tahu siapa karena mereka semua tidak memakai name tag seperti dirinya. Tunggu! Jika Hyera juga tidak memakai name tag lalu darimana mereka tahu namanya? Itu menjadi pertanyaan penting yang akan menimbulkan beribu pertanyaan selanjutnya.

Semua ini jelas membingungkan.

Hyera menarik napas pelan sebelum memberanikan diri bertanya,”Bagaimana salah satu diantara kalian mengetahui namaku?”

Biarpun Hyera bermaksud bertanya kepada semuanya namun matanya mengarah pada si lelaki berambut perak silver. Pandangan mereka bertemu dan rasa asing di hati mereka berdua mulai menyergap satu sama lain. Sesaat tak ada yang bicara sampai lelaki berambut coklat terang berkata,”Aku Zhang Yi Xing.”

1b6b69a29a3e11e38dde12fe07d4610c_6

Perhatian Hyera teralih dan dia memandang Yixing lurus-lurus,”Apa kau yang memanggilku tadi?”

Sekarang lelaki berambut abu-abu kehitaman terlihat menggeleng lalu mendekat satu langkah,”Bukan Yi Xing yang memanggilmu, tapi aku,” ujarnya seraya menatap Hyera lekat,”dan aku Lu Han.”

tumblr_mxhrt2m3d41stjf6qo1_1280

Di samping Luhan, seorang lelaki dengan rambut keunguan dan tatapan paling datar sekaligus misterius yang pernah Hyera lihat sepanjang hidupnya hanya berkata singkat,”Kim Jong Dae.”

a9ff3fafecba25e477a1e987e7477bc9

Ketiga lelaki yang lain sudah memperkenalkan diri mereka masing-masing namun lelaki berambut perak silver itu tetap diam dan hanya memandang Hyera datar sambil menenggelamkan kedua tangannya dalam saku. Hyera menunggu dengan antisipasi penuh untuk mengetahui siapa nama lelaki itu sebenarnya, namun setelah satu menit tanpa perkataan apa-apa dari lelaki berambut perak silver itu, Hyera mulai meragukan bahwa lelaki itu akan memperkenalkan diri. Dan hatinya merasa kecewa.

“Aku tahu namamu begitu saja,” ujar Luhan sambil tersenyum samar,”kau cukup terkenal juga.”

Hyera mengerutkan dahi mendengarnya.

Terkenal? Bukankah murid disini terlihat tidak peduli terhadap murid lainnya? Lalu apa maksudnya dengan terkenal?

“Aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan Luhan-ssi,” Hyera berkata jujur.

Luhan semakin tersenyum, kali ini lebih mirip dengan seringaian dibanding senyuman,”Yeah, aku beruntung kau begitu.”

“Memang bukan saat yang tepat untuk kau mengerti,” tambah Yi Xing dengan nada datar. Matanya berkilat-kilat memandang Hyera dengan tatapan miring. Hyera tidak suka diperlakukan seperti itu.

Pandangan dari Kim Jong Dae juga membuat Hyera sangat risih dan ingin cepat-cepat pergi dari tempat itu sekarang juga. Jongdae menatapnya datar memang namun Hyera tahu Jongdae sedang menilai dirinya.

Hyera sendiri tidak mengerti kenapa mereka bertiga menatapnya seperti itu seolah Hyera adalah barang antik yang dipamerkan di Museum. Hanya lelaki berambut perak silver itulah yang menatap dirinya berbeda dengan yang lain.

Tatapannya tajam, datar dan sekaligus ada kebingungan disana. Hyera berani bersumpah bahwa dia melihat lelaki itu melemparkan tatapan meremehkan kepadanya juga. Itu jelas tindakan sarkastik untuk pertemuan pertamanya dengan lelaki itu.

“Tidak Jongdae, kau tidak akan bisa.” Luhan tiba-tiba saja bersuara dan dari nadanya seperti memperingatkan sesuatu. Hyera menatapnya bingung namun memilih untuk tidak berkata apa-apa karena semakin lama mereka berempat semakin terlihat tidak jelas dengan segala pembicaraan tak tentu arah.

Jongdae memutar bola matanya bosan lalu mengalihkan pandangannya pada jendela yang menghadap ke gerbang sekolah.”Aku hanya mengetes saja,” tuturnya sambil menatap ke beberapa murid yang baru memasuki kompleks sekolah dan entah kenapa lelaki itu tersenyum misterius.

They are really weird.

Better we go now,” Jongdae mengusulkan tanpa melepas pandangannya dari jendela, lelaki itu menundukkan kepalanya sedikit seolah tidak ingin Hyera melihatnya atau mungkin menghalau wajahnya dari sinar matahari tenggelam yang menembus kanopi jendela? Yang jelas Hyera tidak bisa melihat matanya.

Yixing sudah berjalan tanpa berkata apa-apa. Pandangannya datar dan mulutnya terkatup rapat, sedangkan Luhan memberikan smirk aneh pada Hyera sebelum pergi. Hyera mencoba untuk tidak mengeluarkan ekspresi apapun, dia menjaga wajahnya agar menunjukkan ekspresi biasa-biasa saja.

Hyera sepertinya harus mengikuti jejak mereka karena 20 menit lagi bel masuk akan berdering dan dia tidak ingin terlambat mengingat Miyoung sudah memberitahu detensi disini. Dia baru saja akan berbalik untuk pergi ketika mendengar lelaki berambut perak silver itu berkata dingin,”Apa yang ingin kau katakan padaku, girl?”

Jantungnya hampir melonjak keluar ketika mendengarnya. Dia sungguh terkejut karena lelaki itu tidak pergi melainkan berdiri bersandarkan jendela dengan kedua tangan menyilang depan dada. Untuk pertama kalinya dia mendengar lelaki itu berbicara, suaranya terdengar jernih dan tenang. Suara lelaki itu mengundang sekaligus mengerikan di saat yang bersamaan. Hyera mengutuki pikirannya ketika membayangkan bagaimana rasanya lelaki itu berbisik padanya.

“Kenapa kau masih disini? Kau tidak bersama—“ Hyera berbalik untuk menunjuk Luhan dan yang lainnya namun koridor itu kosong. Tidak ada siapapun di koridor yang panjangnya mencapai 10 meter itu selain dia dan lelaki berambut silver itu.

Otak Hyera mencerna semua ini. Belum genap satu menit Luhan dan yang lainnya meninggalkannya tapi kemana mereka bertiga sekarang? Koridor ini panjang jadi tidak mungkin mereka melalui koridor secepat itu.

Something is wrong here. Hyera mulai berasumsi dan menganalisis setiap kejadian janggal ini.

“—Lu—YA!” Ketika Hyera membalikkan wajahnya kembali, lelaki berambut silver perak itu sudah berdiri di hadapannya. Wajahnya datar dan kedua tangannya tenggelam dalam saku. Sontak saja hal itu membuat Hyera mundur satu langkah. Lain kali Hyera harus waspada karena gerakan lelaki ini tidak mudah ditebak dan selalu tiba-tiba.

Hyera menatap wajah lelaki itu untuk lebih jelasnya. Kulit putih dan pucat, cukup tinggi, dan warna matanya coklat keemasan. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan penampilan yang bisa dibilang nyaris sempurna itu hanya saja tatapan tajam dan dingin lengkap dengan wajah tanpa ekspresi itu membuatnya terlihat menakutkan.

Pandangan lelaki itu semakin menggelap ketika Hyera balas menatapnya juga.

Pertanda buruk.

“Aku lebih baik pergi,” gumam Hyera lirih karena tidak berani mengucapkannya secara keras. Lelaki itu mengintimidasinya terlalu mengerikan—demi Tuhan, tatapan lelaki itu sungguh ganas. Hyera berani bersumpah akan hal itu.

Saat berbicara, semilir angin sore yang cukup kencang berhembus ke arahnya sehingga rambut coklat lurusnya menjadi sedikit berantakan. Satu detik kemudian rambutnya sudah kembali rapi bersamaan dengan lelaki berambut silver itu jatuh terduduk, memegangi lehernya dan berteriak erangan kesakitan yang memekikan telinga.


Aroma mawar Kim Hyera menabrak pernapasan Byun Baekhyun secara keras dan tanpa perasaan. Gadis itu memiliki aroma yang bisa membunuhnya kalau efek yang dihasilkannya seperti ini. Aroma itu membuatnya dadanya sangat sesak.

Seakan itu semua belum cukup parah untuk menyiksa Baekhyun, rasa dingin yang amat menyakitkan mulai menyerang kerongkongannya seperti ada beribu-ribu paku es yang ditancapkan disana.

Pengalaman menyakitkan itu baru dialaminya. Ini untuk pertama kalinya. Sepanjang eksistensi kehidupannya, Baekhyun tidak pernah merasakan sakit tidak wajar seperti ini.

Dingin. Terlalu dingin dan menyakitkan hingga membuat Baekhyun tidak bisa menahan tubuhnya agar tetap berdiri. Dia jatuh terduduk dengan tangan masih mencengkeram lehernya kuat-kuat, berharap dengan begitu rasa sakitnya mereda.

Hasilnya sia-sia.

Angin malam berhembus lagi dan rasa dingin itu semakin parah di kerongkongan Baekhyun. Lehernya seolah dibekukan dan ini sangat memilukan. Sakit sekali. Sangat sakit. Baekhyun mulai mengerang dan dia semakin mencengkeram lehernya kuat-kuat.

Sementara itu Hyera tidak tahu harus berbuat apa-apa. Gadis itu menatap Baekhyun dengan tatapan ngeri dan ketakutan. Lelaki itu tiba-tiba kesakitan seperti ini dan dia tidak tahu kenapa.

Hey! Hey! Kau kenapa?” Hyera mengerjap panik lalu berjongkok untuk memperhatikan keadaan Baekhyun yang sekarang sudah terbaring di lantai dengan mata terpejam menahan sakit.

Gadis itu berharap lelaki berambut perak silver itu bangun secepatnya karena pertama, dia tidak ingin disalahkan menjadi tersangka dan ditanya bermacam-macam pertanyaan karena berada di waktu dan tempat yang salah. Kedua, karena hatinya meringis melihat lelaki itu berusaha kuat menahan sakit yang sepertinya menyerang lehernya. Jangan tanyakan kenapa Hyera meringis karena gadis itu sendiri tidak tahu alasannya. Dan ketiga, karena dia tidak mau melihat ekspresi kesakitan yang terlihat memilukan itu.

Karena terlalu panik dan bingung Hyera akhirnya berlutut di dekat kepala Baekhyun lalu menaruh kepala lelaki itu di atas lututnya. Satu tangannya menepuk-nepuk pipi Baekhyun berharap lelaki itu membuka matanya dan berhenti mengerang kesakitan seperti itu.

Baekhyun sendiri tidak tahu atau bahkan tidak sadar karena pandangannya menggelap dan kepalanya berputar cepat. Rasa dingin yang menusuk di lehernya semakin parah dan dia berharap dia mati saja karena ini terlalu menyakitkan. Manusia mungkin sudah mati jika mengalami kesakitan seperti ini.

“Apa kau tidak apa-apa?” Samar-samar Baekhyun mendengar suara lembut dan merasakan sesuatu yang panas di pipinya. Sesuatu yang panas itu mengusap-usap pipinya dan walaupun Baekhyun tidak mengerti, rasa sakit di lehernya mereda.

Cengkeraman tangannya di lehernya sendiri mulai mengendur karena sakitnya berangsur-angsur hilang. Napasnya mulai teratur dan aroma mawar itu tidak berputar-putar lagi di sekelilingnya. Baekhyun sudah berhenti mengerang. Lelaki itu sedang memulihkan rasa sakitnya.

Hyera bernapas lega karena perlahan lelaki itu mulai diam dan kelihatannya tidak kesakitan lagi. Beruntungnya tidak ada murid yang lewat ke koridor ini sehingga tidak menimbulkan asumsi macam-macam. Hyera sekarang duduk namun tidak melepaskan kepala Baekhyun yang menjadikan kedua pahanya sebagai bantal. Gadis itu masih menatap lelaki berambut silver itu. Hyera masih tidak mengetahui namanya dan hatinya sedikit penasaran.

Perlahan-lahan tangan Baekhyun mulai melepaskan cengkeramannya di lehernya sendiri. Rasa sakit itu masih ada namun sudah tidak terlalu parah seperti tadi. Baekhyun sudah bisa menjernihkan pikirannya dan dia langsung mengernyit ketika menyadari dirinya sudah terbaring di lantai.

Mata Baekhyun terbuka sepenuhnya dan dia langsung melihat wajah seorang gadis tepat 10 cm di atas wajahnya.

“Kau sudah sadar? Sudah tidak apa-apa?”

Oh Tidak. Baekhyun berbaring dengan berbantalkan paha Kim Hyera? Pantas saja dia merasa kepalanya tidak membentur sesuatu yang keras. Baekhyun memperhatikan wajah gadis itu dari bawah dan dia mempertahankan posisinya untuk tetap berbaring seperti ini. Berbaring di pangkuan Kim Hyera.

“Sedang apa kau disini?” tanya Baekhyun, suaranya masih terdengar tajam namun ekspresi lelaki itu lebih terlihat kebingungan dibanding datar.

Hyera menatap Baekhyun ragu-ragu,”Em, karena tadi kau langsung jatuh terduduk dan sepertinya lehermu sakit sekali kelihatannya.”

Baekhyun mendengus. Jika saja gadis itu tahu siapa dan apa yang menyebabkan lehernya seperti dibekukan itu pastilah Hyera tidak akan diam disini bersamanya.

“Kenapa kau menolongku?” tanya Baekhyun lagi dan kali ini dia bangkit dari posisinya. Lelaki itu duduk sambil menatap Hyera lekat-lekat. Mungkin saja gadis itu sedang mencari perhatian dari dirinya seperti kebanyakan gadis dimana saja jika berada dekatnya.

Hyera terlihat berpikir sebelum berkata polos,”Aku tidak bisa meninggalkan orang yang kesakitan seperti itu begitu saja jadi aku harus menolongnya.”

Rasa bersalah dan sedikit bingung mulai menjalari hati Baekhyun lagi. Baekhyun sudah dua kali mencoba membunuh gadis itu kemarin malam dan dia berniat untuk membunuhnya lagi jika gadis itu bertingkah macam-macam. Namun..gadis ini menolongnya ketika dia jatuh seperti tadi. Entahlah, perasaan asing itu semakin berkobar dalam hatinya.

Baekhyun tidak ingin membiarkan perasaan seperti itu menguasai hatinya. Dan dengan kesadaran penuh dia bangkit berdiri. Tanpa diduganya, Hyera mengikuti jejaknya lalu mereka berdua berdiri berhadapan.

“Ada beberapa hal yang ingin kutanyakan padamu.” Tanya Hyera, dia memberanikan diri untuk bertanya karena mungkin kesempatan yang dimilikinya hanya saat ini. Gadis itu melihat ekspresi yang bermain dalam mata Baekhyun dan dia sedikit ragu ketika melihat mata Baekhyun kembali menatapnya dingin.

Tapi Baekhyun tidak berkata apa-apa dan mungkin saja lelaki itu membiarkannya bertanya. Jadi, akhirnya Hyera bertanya,”Kenapa kau selalu memandangku dengan tatapan seperti itu? Seperti kau menatapku saat kemarin malam kau bersandar di mobilmu.”

Baekhyun diam.

Hyera juga terdiam karena dia memikirkan pertanyaan selanjutnya. Yaitu ketika di kamar mandinya tadi pagi. Pantaskah dia bertanya kenapa Baekhyun berada di kamar mandinya saat tadi pagi? Bagaimana kalau bayangan di cermin itu hanyalah halusinasinya belaka? Yang jelas, dia akan malu sekali jika itu memang halusinasinya. Lebih baik dia memendam pertanyaan itu untuk dirinya sendiri dan mencoba melupakannya saja. Lagipula mana mungkin lelaki itu menghilang secepat itu jika memang berada di kamarnya?

Well, Hyera hanya tidak tahu siapa lelaki itu sebenarnya.

“Aku selalu memandang semua orang dengan cara seperti itu.” Jawab Baekhyun sekenanya dan nada sarkastik itu jelas terdengar—membuat Hyera bergidik kembali.

“Mm, apakah kau tahu ada kejadian apa malam dimana kau menatapku saat itu?”

Pertanyaan itu dilontarkan tanpa berpikir dua kali. Hyera sendiri terkejut ketika menyadari pertanyaan itu keluar dari bibirnya. Dia hanya berpikir mungkin Baekhyun yang masih berada di sekolah seperti dirinya saat itu tahu apa yang terjadi.

“Tidak. Dan jika kau berniat bertanya apa yang aku lakukan malam itu jangan pernah berharap kau akan mendapat jawabannya karena itu sama sekali bukan urusanmu, girl.”

Baekhyun menenggelamkan kedua tangannya dalam saku lalu berbalik pergi meninggalkan Hyera. Lelaki itu harus ingat gadis di hadapannya adalah gadis yang sudah membuat dunianya menjadi rumit hanya karena kehadirannya yang terlalu tiba-tiba.

Baekhyun akan mencari tahu siapa gadis itu secara diam-diam. Dia akan memecahkan rahasia rencana ayahnya dan jika rencana itu menganggu kehidupannya nanti, dia tahu tidak ada pilihan lain selain melenyapkan gadis itu. Kejam? Ya, tapi Baekhyun tidak peduli.

Hyera yang melihat lelaki itu hanya mengerutkan dahi dan rasa jengkel menguasai hatinya. Ini semakin menguatkan dugaannya bahwa semakin banyak hal janggal disini. Dia harus memecahkan rahasia ini secepat mungkin lalu mendapatkan jawabannya.

Dan pertama-tama, Hyera harus memulainya dengan lelaki berambut perak silver itu yang sampai saat ini dia tidak tahu siapa namanya.

***

Byun Baekhyun berjalan bersama Luhan dan Sehun di koridor lantai 3 untuk sampai ke kelasnya di ujung koridor itu karena dia menempati kelas 2-A. Matanya terpaku pada jalan namun pikirannya bercabang ke segala arah. Terutama kejadian 10 menit yang lalu.

Semua masalahnya hari ini berpusat pada Kim Hyera. Ada yang salah dengan gadis itu. Tak mungkin aroma manusia membuat lehernya membeku seperti tadi. Itu sungguh pengalaman menyakitkan sekaligus membingungkan. Kemarin saat pertemuan pertamanya dengan Hyera, aroma mawar itu juga menyerangnya tapi tidak menimbulkan efek apapun namun tadi begitu aroma itu menelusup masuk ke pernapasannya dia tahu aroma itu benar-benar bisa membunuhnya dalam sekejap.

Siapa sebenarnya Kim Hyera?

“Aku tidak bisa membaca pikirannya.” Luhan, yang sejak tadi sibuk mendengarkan pikiran Baekhyun, berbicara di samping kanannya. Suara Luhan amat pelan dan juga cepat, tak mungkin manusia bisa mendengarnya.

Baekhyun mengerutkan dahi.

“Lay bahkan tidak bisa menyembuhkannya kemarin, karena itu Hyera masih mendapati luka-luka di tubuhnya sampai sekarang.”

Bagaimana mungkin kemampuan kalian tidak berpengaruh padanya? pikir Baekhyun tidak percaya.

Luhan balas menjawab pikiran Baekhyun,”Entahlah. Aku juga tidak merasakan aromanya.”

“Aku tidak bisa menyerap energinya.” Sehun yang untuk pertama kalinya bersuara hari ini ikut memberikan informasi. Sebenarnya ketika di ruang kesehatan itu, Sehun mencoba untuk menyerap energi Hyera karena dia merasa bingung kenapa dia tidak bisa merasakan aroma gadis itu padahal Hyera berada di dekatnya dan hasilnya terbukti benar. Sehun sama sekali tidak bisa menyerap energi seorang Kim Hyera.

Baekhyun mengira mereka sudah gila karena tidak mungkin teman-temannya yang lain tidak bisa menghirup aroma gadis itu. Jelas-jelas tadi dia tersiksa setengah mati karena aroma mawar Kim Hyera yang menyerang lehernya tanpa ampun.

“Kau tersiksa karena aromanya?” Luhan menatap Baekhyun dari samping dengan wajah sedikit terkejut.

Baekhyun mempercepat langkahnya dari Luhan karena kesal Luhan menatapnya seperti itu. Seharusnya Baekhyun berhati-hati dengan pikirannya. Dia harus mengingatkan dirinya sendiri untuk tidak membiarkan Luhan mengetahui rahasianya lagi.

“Kurasa kita semua akan berkumpul malam ini.” Ada senyum samar di wajah Sehun ketika mengatakan ini. Untuk beberapa hal, Sehun memiliki kemampuan menganalisis secara sempurna dan akurat. Baekhyun dan Luhan tahu itu karena selama 170 tahun eksistensinya, apa yang dikatakan Sehun selalu benar dan sesuai dugaannya.

Baekhyun menatap Sehun datar,” Apa yang kau lakukan ketika menyelamatkan kedua orang tua Hyera?”

Sehun mengalihkan pandangannya dari Baekhyun dan dia menatap gadis yang baru saja melewatinya. Satu menit kemudian gadis itu memekik kesakitan karena memar biru tercetak di tangan kanannya dan Sehun merasa puas.

Luhan memutar bola mata,”Berhenti menyerap energi manusia disini Sehun. Atau mereka akan curiga kenapa sering sekali kulit mereka membiru,” ujarnya penuh peringatan.

“Aku hanya menggerakan angin di sekitar orang tua Hyera dan menghalau berbagai macam bahaya yang siap membunuh mereka saat itu dan Zitao membawa mereka ke tahun 1920.” Jawab Sehun atas pertanyaan Baekhyun. Lelaki itu tidak menggubris sedikitpun peringatan Luhan yang diberikan padanya.

Baekhyun masih menatap Sehun datar. Dia berharap bisa mendapatkan informasi lebih dari itu karena perlunya berbagai petunjuk untuk mengungkap rencana ayahnya. Semua ini semakin membingungkan dan Baekhyun harus bergerak cepat.

Mereka bertiga kembali berjalan tanpa berkata apa-apa. Pikiran Baekhyun di penuhi berbagai macam hal tidak logis. Otaknya berpikir keras.

Hanya dia yang bisa mencium aroma Kim Hyera.

Kemampuan ekstra teman-temannya yang lain tidak berpengaruh apa-apa pada gadis itu.

Ketika Baekhyun semakin mendekati kelasnya di 2-A tanpa sengaja pandangannya terarah pada jendela kelas 2-B dan dia melihat Kim Hyera sedang duduk di dalam kelas tersebut. Baekhyun menatap gadis itu sambil berjalan melewati jendela. Dan sedetik kemudian Hyera mengangkat kepalanya dan menatap Baekhyun dari kursinya.

tumblr_mwtnciHoez1shlc6qo6_250

Pandangan mereka bertemu.

Kontak mata yang terjadi begitu kuat namun juga tidak berlangsung lama karena Baekhyun segera mengalihkan tatapannya dari Hyera kemudian berjalan melewatinya menuju kelas 2-A.

Selalu saja lelaki itu menatapku dingin dan tajam, keluh Hyera dalam hati.

Ternyata bukan hanya Baekhyun saja yang menatapnya lewat jendela itu melainkan kedua orang lelaki yang berdiri di belakang Baekhyun juga ikut menatapnya. Hyera mengenali lelaki berambut abu kehitaman itu, Luhan. Sedangkan satu orang lelaki dengan tatapan paling kejam di belakang Luhan sama sekali tidak dikenalnya dan ia baru bertemu dengannya hari ini.

Bc5G2zzCYAADSeX

Tatapan Luhan dan Sehun tidak bisa di artikan tapi bisa dikategorikan sebagai tatapan “singa menemukan mangsanya”.

Hyera langsung menunduk dan kembali menumpukan perhatiannya pada buku yang sedang dibacanya. Jantungnya berdegup keras karena rasa takut.

“Kim Hyera-ssi.”

Suara di pintu mengejutkan Hyera setengah mati. Gadis itu hampir saja berteriak karena panggilan tiba-tiba itu. Tanpa disadarinya dia sudah menahan napas sejak Baekhyun menatapnya dan sekarang napasnya memburu dan dia butuh oksigen lebih banyak.

Hyera menyempatkan diri melirik jendela sebelum bernapas lega karena ketiga lelaki itu sudah tidak ada. Kemudian Hyera melihat seorang murid lelaki tinggi, berwajah datar lengkap dengan satu tindikan di telinganya, berdiri di ambang pintu sambil membawa sebuah map coklat.

Hyera bangkit dari kursinya lalu menghampiri lelaki itu,”Ya?” tanyanya sedikit bingung karena dia sama sekali tidak mengenal lelaki tinggi ini.

Lelaki itu menyodorkan map coklat yang dibawanya pada Hyera sebelum berkata,”Aku Wu Yi Fan dan itu untukmu. Dari Kepala Sekolah Lee.”

114616292

Hyera mengambil map coklat itu dari tangan Yifan dan dia hanya bergumam,”Oh. Terimakasih.”

Yi Fan mengangguk lalu meninggalkan Hyera. Lelaki itu menuju kelas 2-A.

Hyera tidak terlalu mementingkan Yi Fan dan beralih membuka map coklat itu lalu membaca surat yang diketik rapi di dalamnya.

 

SEOUL NIGHT HIGH SCHOOL

Dengan hormat menyatakan bahwa murid yang diketahui,

nama : Kim Hyera

kelas : 2-B

akan dipindahkan dari kelas sebelumnya, 2-B, menjadi kelas 2-A mengingat hasil kalkulasi akademik yang di lakukan untuk menempatkan murid dengan nama di atas berada di kelas yang telah di sebutkan.

Hormat saya,

 

Lee Soo Man

 

Mata Hyera melebar demi membacanya. Rasa takut mulai terasa di tubuhnya seperti aliran listrik dan dia menggigit bibir bawahnya. Kelas 2-A adalah kelas lelaki berambut perak silver itu dan dia tahu Luhan dan lelaki tadi juga berada di kelas tersebut.

Dear God, apa yang Seoul Night High School pikir menempatkan dirinya di satu-satunya tempat semua sumber masalahnya berada?

 

To Be Continued

 

 

370 thoughts on “Black Fantasy Chapter 2

  1. Baekhyun dbuat smkin pnsaran dgn sosok Kim Hyera,,,
    huh,,sngguh aneh kn tmn2 Baek gk bsa nymbuhin Hyera???
    Apakh Hyera jg pny darah Incubus???
    Klo Hyera pindah ke 2 A brarti tmbh dkt ama Baek donk,,,horeeeeee

  2. Author knapa gak lanjut nulis nya.. Udah ampir 3 tahun nungguin karya nya tapi gak Ada Ada.. Pdahal tiap tahun mampir kesini tp masih blum Ada juga… Pdahal banyak yang nungguan karya karya nya kamu… Terutama ff black fantasy tolong lanjutin lgi ka nulisnya.. Kasihan lah pda readers setia mu

  3. Author knapa gak lanjut nulis nya.. Udah ampir 3 tahun nungguin karya nya tapi gak Ada Ada.. Pdahal tiap tahun mampir kesini tp masih blum Ada juga… Pdahal banyak yang nungguan karya karya nya kamu… Terutama ff black fantasy tolong lanjutin lgi ka nulisnya.. Kasihan lah pda readers setia mu……

  4. Dari awal rilis sampe sekarang, selalu nunggu ff ini. Apa mungkin authornua udah nge publish di apk lain? Atau gimana?
    Pengen banget tahu kelanjutannya. Udah berapa tahun lamanyaa ini thor😭😭😭

Leave a comment